Jakarta, Poskota.net – Globalisasi merupakan proses yang terus berlangsung yang menuntut adanya kemajuan terutama pada sektor pendidikan. Tentunya, pendidikan menjadi sarana yang tepat untuk membangun karakter dan kecerdasan generasi penerus bangsa dalam peradaban ini. Salah satu cabang pendidikan yang tidak kalah penting adalah ilmu pengetahuan alam (IPA). Tidak hanya pemahaman akan ide-ide ilmiah, tetapi juga peningkatan kemampuan rasional dan kreatif. Namun, setiap perubahan membawa pertanyaan: mengembalikan resolusi terhadap tradisi dan praktik yang mencakup teknologi modern dengan langkah-langkah yang tepat atau kita bergerak menuju stagnasi dalam hal ini?, senin (14/10/2024).
Etnosains: Mewakili Kearifan Lokal
Etnosains mengambil pengetahuan dari sains dan pengetahuan tentang masyarakat lokal. Ada unsur indigenous yang merupakan puncak dari pengetahuan yang dimiliki di Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun. Seperti masyarakat Sasak yang berada di pulau Lombok dan masyarakat Bali Aga yang berada di Bali yang secara budaya memiliki hubungan yang erat dengan alam, pertanian, dan pengobatan tradisional.
Dimasukkannya etnosains ke dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendapatkan wawasan yang berkaitan dengan kegiatan budaya. Dengan cara ini, siswa dapat mempelajari bagaimana masyarakat lokal mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak.
Digitalisasi: Meningkatkan Jangkauan dan Kreativitas
Di sisi lain,
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tren digitalisasi mengubah cara kita mengakses dan menyampaikan informasi. Berkat penemuan teknologi, materi pendidikan dapat disampaikan dengan berbagai cara melalui bentuk digital yang membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Misalnya, ada aplikasi, video tutorial, dan kuliah online yang memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep sulit dalam mata pelajaran sains. Namun demikian, ada beberapa kelemahan yang dihasilkan dari digitalisasi. Beberapa siswa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses perangkat, sementara penggunaan perangkat yang terlalu banyak dapat membatasi pengalaman tatap muka yang penting.
Sinergi antara Etnosains dan Digitalisasi
Korelasi antara etnosains dan digitalisasi dalam pendidikan membawa integritas yang bermanfaat bagi generasi cerdas yang akan datang. Berikut adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk mencapai sinergi ini:
Proyek Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal: Para siswa diizinkan untuk melakukan proyek berbasis etnosains dengan bantuan teknologi. Sebagai contoh, mereka dapat membuat video tentang metode pertanian tradisional di daerah mereka dan mempostingnya di internet.
Kelas Interaktif: Dengan bantuan aplikasi atau situs web pembelajaran, para siswa diajarkan tentang etnosains oleh guru secara interaktif melalui teknologi. Misalnya, siswa diharuskan untuk mengikuti kuis online mengenai kearifan lokal yang mereka pelajari.
Kolaborasi Digital: Siswa dari berbagai daerah dapat berkolaborasi untuk mengerjakan proyek etnosains dengan menggunakan teknologi. Mereka dapat saling bertukar pengetahuan dan pengalaman mengenai kearifan lokal yang tentunya akan menambah wawasan mereka.
Pengembangan Kompetensi Digital: Siswa tidak hanya belajar tentang budaya melalui pembelajaran berbasis etnosains, tetapi juga memperoleh kompetensi digital yang akan sangat berguna di tahun-tahun mendatang.
Harmoni atau Stagnasi? Dua elemen dalam hal ini,
Yaitu; etnosains dan digitalisasi, sebenarnya bukan merupakan titik konflik. Dalam pengajaran ilmu pengetahuan alam, keseimbangan seperti itu dapat dicapai dengan bantuan sintesis yang tepat antara etnosains dan digitalisasi. Sebagai contoh, aspek-aspek tertentu dari konsep fisika atau biologi atau kimia dapat diajarkan dengan menggunakan praktik-praktik etnosains yang tepat dan diintegrasikan dengan alat-alat digital yang lebih mendukung.
Sebaliknya, jika pendidikan ilmu pengetahuan alam hanya berpegang pada satu pendekatan dan mengabaikan pendekatan yang lain, maka stagnasi akan terjadi. Dalam kasus pendidikan, hal ini bisa sangat merugikan, terutama kombinasi antara etnosains dan pendidikan karena identitas budaya dan pengetahuan lokal pada akhirnya akan hilang. Pada saat yang sama, penekanan pada digitalisasi tanpa pengetahuan tentang konteks lokal dapat membuat seluruh pengajaran menjadi tidak berguna bagi siswa.
Tujuan Pembangunan Berdasarkan Pendidikan Bhinneka Tunggal Ika
Selaras dengan pentingnya etnosains untuk pembangunan dalam proses pendidikan, empat langkah penting ini perlu dilakukan dalam praktik berbasis etnosains dan digitalisasi, diantaranya:
Kurikulum Terpadu: Desain kurikulum terpadu yang menggabungkan etnosains dan teknologi modern. Hal ini dapat berupa proyek-proyek yang berfokus pada masyarakat yang mendorong siswa untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar untuk belajar, namun tetap menggunakan perangkat digital untuk penelitian.
Panduan untuk Guru: Mempersiapkan guru agar dapat menerapkan dan memanfaatkan program yang mencakup perspektif etnosains dan penggunaan teknologi secara efektif ke dalam praktik mengajar mereka.
Pengembangan Sumber Daya: Pembuatan materi pendidikan yang mendorong hubungan antara etnosains dan digitalisasi, seperti buku pelajaran, modul pembelajaran, dan situs online yang relevan.
Keterlibatan dengan Komunitas Lokal: Anggota masyarakat setempat dilibatkan dalam proses pendidikan sehingga para siswa dapat belajar secara langsung dari pengalaman dan pengetahuan yang ada. Hal ini tidak hanya membuat pengalaman belajar siswa lebih bermanfaat, tetapi juga meningkatkan interaksi antara sekolah dan daerah sekitarnya.
Peran Guru dalam Konvergensi Etnosains dan Digitalisasi,
Dalam upaya menyelaraskan antara etnosains dan digitalisasi, ada kebutuhan untuk menyelaraskan peran guru. Guru tidak hanya sebagai aktor yang menyampaikan proses pembelajaran kepada siswa, tetapi mereka juga bertindak sebagai mediator dalam pengetahuan tradisional dan teknologi informasi baru. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk dibekali dengan keterampilan yang diperlukan tidak hanya dalam pendidikan etnosains tetapi juga dalam integrasi digital di kelas.
Pelatihan guru harus mencakup penggunaan pendekatan interdisipliner yang memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan pengetahuan mulai dari etnosains hingga teknologi modern. Selain itu, para guru juga perlu dilatih untuk menjadi lebih fleksibel dan responsif terhadap teknologi baru. Dengan keterampilan yang memadai, para guru dapat secara bersamaan mengajarkan ilmu pengetahuan modern dan etnosains kepada para siswa mereka melalui penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan pengalaman belajar para siswa.
Dalam hal ini, bekerja sama dengan sekolah dalam interaksi yang erat dengan masyarakat setempat sangat penting dalam prosesnya. Guru dapat menggunakan tokoh masyarakat yang memiliki keahlian dalam bidang etnosains untuk membantu proses pengajaran. Dengan cara ini, siswa tidak hanya harus membaca dan menghafal informasi yang terdapat dalam buku teks, tetapi juga dapat terlibat dalam situasi kehidupan nyata dan berkomunikasi dengan orang-orang yang berasal dari daerah budaya mereka.
Studi Kasus: Penggunaan Integrasi dalam Aplikasi Praktis,
Beberapa sekolah di Indonesia telah memulai sebuah inovasi untuk meningkatkan pendidikan sains di sekolah dengan memperkenalkan etnosains dan digitalisasi. Salah satu yang menarik adalah program ‘Sekolah Alam’ yang ada di beberapa daerah. Dalam program ini, anak-anak dibawa ke luar kelas untuk belajar sains sekaligus mendapatkan keterampilan tentang kegiatan alam seperti pertanian organik dan penggunaan tanaman asli. Pada saat yang sama, observasi tersebut digunakan untuk mendokumentasikan hasil pengamatan dan bagi siswa untuk menganalisis data yang telah mereka kumpulkan. Selain itu, beberapa universitas di Indonesia juga telah mengembangkan modul pembelajaran digital dengan pendekatan etnosains. Sebagai contoh, pengembangan e-modul pendidikan IPA SD terintegrasi etnosains oleh KSK Wardani, dkk. (2023) dari program studi PGSD Universitas Mataram. Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa hubungan antara etnosains dan digitalisasi tidak hanya dapat dilakukan, tetapi juga dapat sangat berguna untuk masa depan pendidikan sains.
Kesimpulan.
Harmoni antara etnosains dan digitalisasi sangat penting dalam pengembangan pendidikan sains yang menciptakan generasi cerdas yang tidak hanya memahami teori sains tetapi juga dapat mempraktikkan sains dalam budayanya. Dengan menerapkan keduanya, kita membentuk dan melestarikan kearifan lokal dan pada saat yang sama mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global, yang membutuhkan wawasan yang luas. Jika keselarasan ini dapat dicapai, pengajaran sains tidak akan mengalami stagnasi, melainkan akan terus berkembang dan menjadi lebih berguna bagi generasi mendatang.
[Publikasi : Aps]